Orasi Ilmiah 3 Juli di Kampus ITB, Disampaikan Oleh Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo
LAUTKU HARAPANKU
Hardi Prasetyo Selaku Ketua Pelaksana Even Estafet Selam Lintas Nusa NAD-Makassar, melakukan penyelaman Perdana, bagian dari Even Peringatan Tahun BAHARI DUNIA
Postur Wilayah Laut "Negara Kepulauan Indonesia", Tiga ALKI, Cekungan Sedimentasi, Regionalisasi Tatanan Geologi dan Prospek Migas, Taskap Lemhannas KSA XI
Profil Kelautan Nasional Menuju Kemandiaran , Relief Perahu diambil dari Candi Borobudur
Pengantar Inisiator
Lautku Harapanku - Go Laut 2014 - Go Maritim 2015
Kami telah diberi kehormatan dari Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, Menko Kemaritiman, untuk menghadiri acara Orasi Ilmiah di ITB, 3 Juli 2015.
Selanjutnya telah mendapatkan Izin untuk menempatkan Naskah Orasi Ilmiah tersebut pada Website "Lautku Harapanku dan Go Laut 2014" yang akan ditransformasi menjadi Go Maritim 2015".
Salam Hormat
Prof. Dr. Ir. Hardi Prasetyo
Penyusun:
Buku Profil Kelautan Nasional Menuju Kemandirian
Tim Penyusun Konsepsi Benua Maritim Indonesia
Penulis > 150 Karya Tulis terkait Kelautan basis Penganugrahan gelar Ahli Peneliti Utama (APU) lanjut Profesor Riset
PERINGATAN 95 TAHUN
PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA
1920-2015
Rektor ITB Membuka Acara 3 Juli 2015, Prof. Dr. Indroyono Soesilo di sebelah Kanan
ORASI ILMIAH
OLEH:
Prof. Dr. Ir. D. INDROYONO SOESILO
(MENTERI KOORDINATOR BIDANG
KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA)
AULA BARAT ITB, JUMAT, 3 JULI 2015
ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI UNTUK PEMBANGUNAN
KEMARITIMAN INDONESIA
ORASI ILMIAH
DALAM RANGKA
PERINGATAN 95 TAHUN PENDIDIKAN
TINGGI TEKNIK DI INDONESIA
Prof. Dr. Indroyono Soesilo,
Menko Kemaritiman, di Kampus ITB
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNTUK PEMBANGUNAN KEMARITIMAN
Oleh: Indroyono Soesilo
Prof. Dr. Ir. Indroyono Soesilo, saat menyampaikan Orasi Ilmiah
Asalamualaikum Warah matulahi Wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua, Oom swastiastu.
Yang terhormat:
- Rektor lnstitut Teknologi Bandung,
- Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat,
- Pimpinan dan Anggota Senat Akademik,
- Para Guru Besar,
- Pimpinan Daerah di Jawa Barat,
- Para Pimpinan Perguruan Tinggi JawaBarat,
- Para sesepuh dan tamu kehormatan,
- Bapak/Ibu Para Penerima Penghargaan Ganesha,
- Para Pimpinan Media Massa,
- Para Pejabat Struktural di lingkungan ITB,
- Para Dosen dan Tenaga Kependidikan,
- Para Mahasiswa dan Tamu Undangan Lainnya yang saya hormati.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah subhanahuwata'alla, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rachmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di Aula Barat ITB ini, tempat yang sangat bersejarah di Kampus Ganesha, guna mengikuti Peringatan 95 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia, tahun 2015.
Kenangan saya melayang jauh kebelakang, pada Maret 1979, 36 tahun yang lampau, saya di wisuda di Aula Barat ITB ini dan merasakan kebahagiaan ikut bergabung dengan deretan tokoh tokoh terkenal yang lahir lebih dahulu dari Kampus Ganesha ini, seperti Soekarno, Joeanda, Sedijatmo, JA Katili, Doddy Tisna Amidjaja, Iskandar Alisyahbana dan masih banyak lagi.
Deretan Nama tokoh-tokoh tadi ikut menginspirasi saya dalam mengemban amanah saat ini, berupaya mengimplementasikan visi Presiden Joko Widodo, yaitu: "Membawa Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia".
Bapak dan Ibu hadirin yang saya hormati,
Dalam Pidato Pelantikan Presiden Joko Widodo, 20 Oktober 2014 lalu, Beliau menegaskan bahwa: "Sudah Lama Kita memunggungi Laut". Kini saatnya laut menjadi halaman depan tanah air kita. Pada 6 Oktober 1966, Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno, alumnus ITB, di atas geladak kapal selam RI Tjandrasa menegaskan: "Sejarah telah membuktikan kepada kita bahwa Kebesaran, Kejayaan, Kesentausaan dan Kemakmuran Negara Kita Hanya Dapat Dicapai Apabila Kita Menguasai Lautan".
Tentu, kita tidak bisa pula melupakan peristiwa sejarah yang terjadi pada hari Jumat, 13 Desember 1957 di Jakarta. Kala itu, Dewan Menteri bersidang, dipimpin Perdana Menteri RI, Ir.H. Juanda, yang juga alumnus ITB, guna membahas soal wilayah perairan Indonesia.
Disitulah diputuskan bahwa batas laut teritorial Rl adalah 12 mil laut, diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung terluar pada pulau-pulau terluar Negara Indonesia. Ini kemudian dikenal sebagai Konsep Negara Kepulauan, atau "The Archipelagic State Concept".
Keputusan Dewan Menteri tadi, yang dikenal sebagai Deklarasi Juanda, kemudian dibawa oleh Delegasi Indonesia berangkat ke Jenewa, pada Pebruari 1958, untuk diperjuangkan pada Konperensi Hukum Laut Internasional yang pertama.
Konsep Negara Kepulauan, yang diperjuangkan Indonesia, dikenal sebagai suatu konsep yang luar biasa berani, karena pada saat itu belum ada satupun instrumen hukum Internasional yang mengatur tentang rejim negara kepulauan secara komprehensif.
Perjuangan 25 tahun para diplomat dan para ahli hukum laut kita, akhirnya membuahkan hasil.
Pada Konperensi Hukum Laut International Ketiga, di Jamaica, tahun 1982, atau United Nantions Convention on Law of The Seas (UNCLOS), Konsep Negara Kepulauan akhirnya diakui Dunia.
Tanpa sebutir peluru yang meletus dan tanpa setetes darah mengalir, maka Indonesia berhasil memiliki laut seluas 5,8 juta kilometer persegi, terdiri 3,1 juta kilometer persegi laut teritorial dan 2,7 juta kilometer persegi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Berarti, kita bisa memancangkan sang merah putih di Laut Jawa, di Laut Banda, di Laut Natuna, di Laut Arafura, di Selat Makassar, dll. Karena, disitu kita berdaulat dan itu adalah "Harga Mati".
Disamping itu, masih ada lagi wilayah ZEEI yang 200 mil menjorok dari pantai, seluas 2,7 juta kilometer persegi, dimana Indonesia memiliki hak ekonomi terhadap potensi sumberdaya di atas air, di dalam air, di dasar laut dan dibawah dasar lautnya.
Bapak dan lbu hadirin sekalian yang saya hormati,
Setelah luas wilayah laut Indonesia ditetapkan dan diakui Dunia dalam UNCLOS 1982, maka kini tiba waktunya bagi kita untuk memanfaatkan sebesar-besarnya potensi sumberdaya kelautan kita secara lestari bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.
POTENSI SUMBERDAYA DI ATAS AIR:
Potensi sumberdaya di atas air mencakup sistem transportasi laut yang terdiri kapal, pelabuhan, galangan kapal dan awak kapal, serta potensi wilayah pesisirya. Nusantara berada di antara dua samudera besar yaitu, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Pergerakan barang, jasa dan manusia dari wilayah Asia Timur menuju Timur Tengah dan Eropa, serta sebaliknya, pasti melewati perairan Nusantara. Jumlah kapal besar yang melewati Selat Malaka saja, rata-rata mencapai 90.000 kapal pertahunnya.
Berdasarkan UNCLOS 1982 maka laut teritorial Indonesia merupakan laut tertutup, namun kapal-kapal asing diperkenankan untuk melewati Negara Kepulauan Nusantara ini melalui tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), yang mencakup selat Karimata - Selat Sunda, Selat Makassar - Selat Lombok dan Selat Ombai - Wetar. Kita wajib memberikan akses ALKI dan menjaga keamanannya sekaligus keselamatan pelayaran di ALKI.
Melalui UU No. 32/Th. 2014 Tentang Kelautan maka dibentuk Badan Keamanan Laut (BAKAMLA) guna menjaga keamanan laut perairan Nusantara, termasuk ALKI. Pemantauan laut dilaksanakan menggunakan sistem pemantauan terpadu yang mencakup pemantauan satelit patroli udara, patroli laut, jaringan radar pantai dan pos-pos pengawasan yang kesemuanya diintegrasikan melalui sistem Command Control, Communication & inteligence (C3I) di pusat komando.
Laut juga berperan dalam peningkatan sistem konektivitas antar- pulau dan penguatan sistem logistik Nasional. Laut adalah perekat pulau-pulau kita, bukan pemisah. Di sini, peran kapal dan pelabuhan menjadi sangat penting. Industri galangan kapal dibangkitkan dan kegiatan 198 galangan kapal Nasional digairahkan melalui pemberikan insentif fiskal, seperti pajak pertambahan Nilai (PPN) tidak dipungut, bea masuk ditanggung pemerintah, pajak Penghasilan (PPh) dipermudah, sewa lahan untuk galangan kapal dipermurah dan pemberian insentif non-fiskal seperti dukungan iptek melalui Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) dan the National Ship Design & Engineering Center (NASDEC) di surabaya, serta Laboratorium Pantai di Yogyakarta. Sebagai negara Poros Maritim Dunia, kelak, kapal-kapal yang berlayar di perairan Nusantara ini adalah buatan Indonesia dan diawaki oleh pelaut pelaut handal anak negeri.
Guna mewujudkan konsep "Tol Laut”, maka tengah dibangun dan direvitalisasi 24 Pelabuhan, lima diantaranya merupakan deep sea port, atau pelabuhan peti kemas besar, di Kuala Tanjung di Sumatera Utara, Tanjung Priok, Teluk Lamong di Surabaya, Makassar New Port dan Pelabuhan Sorong di Papua Barat. Kelima pelabuhan tadi diintegrasikan dengan kawasan-kawasan industri baru guna menjamin ketersediaan kargo dan mengefisienkan sistem logistik Nasional. Pada tahun 2018 nanti, diharapkan program "Tol Laut" akan mulai memperlihatkan wujudnya.
Jumlah pulau yang mencapai lebih dari 17.500 pulau dan baru sekitar 13.400 pulau bernama memiliki garis pantai sepanjang 81.000 kilometer dengan keindahan pantai, taman laut, matahari sepanjang tahun serta keragaman budayanya menjadikannya potensi unggulan sub-sektor wisata bahari. Indonesia menempatkan pariwisata sebagai sektor unggulan dengan target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada tahun 2015, sebesar 10 juta orang dengan devisa US$ 12 milyar, dan pada tahun 2019 menjadi 20 juta wisman dengan devisa US$ 24 milyar. Kunjungan wisman dipermudah melalui kebijakan bebas visa untuk 45 negara dan ditargetkan tambahan bebas visa untuk 30 negara lagi, menjadi 75 negara, pada tahun 2016. Disamping itu, melalui Peraturan Presiden No. 180/Th. 2014, perijinan kapal kapal wisata, kapal layar dan yacht dipermudah. Pariwisata mampu membuka lapangan kerja dengan cepat dan devisa bisa langsung mengucur ke daerah.
POTENSI SUMBERDAYA DI DALAM AIR:
Bapak dan Ibu sekalian yang kami hormati,
Di dalam air terhimpun sumberdaya hayati, utamanya ikan, namun juga terumbu karang, mangrove dan padang lamun. Keanekaragaman hayati laut Indonesia memang luar biasa. Jenis ikan di perairan Indonesia mencapai 8.500 jenis, terbanyak di Dunia, dengan kapasitas tangkap maksimum secara lestari sekitar 7 juta ton/tahun, namun volume dari masing masing jenis ikan adalah minimal sehingga proses pengolahan ikan menjadi penting agar tidak ada ikan tangkapan non-target yang terbuang. Dalam hal ini, sistem rantai dingin, teknologi pengolahan ikan dan cold storage menjadi penting.
Perikanan budidaya juga terus dikembangkan dengan rata-rata pertumbuhan Dunia, sekitar 8% pertahunnya. Perikanan budidaya jelas padat iptek, dari penentuan benih ikan, teknologi pakan ikan, teknologi penanganan penyakit ikan melalui uji DNA, teknologi budidaya, hingga sistem pemasaran. Kita menargetkan produksi perikanan budidaya mencapai 31 juta ton pada tahun 2019, 22 juta ton diantaranya berupa rumput laut basah. Melalui sistem pengolahan semi-refined carragenan, alkali-treated carragenan, refined carragenen, decantor dan separatormaka rumput laut bisa menghasilkan 350 jenis produk industri, dari manisan, shampoo, pasta gigi, ice cream, hingga cat, kapsul obat, sabun dan pengemulsi industri tekstil. Bahkan, saat ini tengah diuji-coba penerapan micro-algae untuk energi biodiesel, diantaranya tengah diuji-coba oleh ahli-ahli dari ITB.
Terumbu karang di perairan Nusantara mencapai 920 jenis, seluas 60.000 kilometer persegi dan merupakan terluas di Dunia. Selain menjadi tempat pemijahan ikan-ikan karang, terumbu karang menjadi lokasi eksplorasi obat-obatan baru dari lautan dan melalui kajian sintesa senyawa kimia pada terumbu karang dapat dihasilkan obat-obatan baru anti-kanker, anti-HIV/AIDS, anti-infeksi, dll.
Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3 juta hektar, juga terluas di Dunia. Selain tempat berkumpulnya ikan, buahnya dapat dimakan, sebagai proteksi abrasi pantai dan sebagai lokasi tujuan wisata yang menarik, hutan mangrove juga berfungsi sebagai penyerap karbon, sekaligus pengemisi oksigen yang dibutuhkan manusia unfuk bernafas.
Potensi sumberdaya non-hayati perairan Nusantara mencakup posisi strategis kepulauan Indonesia yang berada diantara dua samudera besar, Pasifik dan Samudera Hindia. Teori “Conveyor Belt”memperlihatkan bahwa arus laut bergerak dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia melewati selat-selat Nusantara, utamanya melalui Selat Makassar - Selat Lombok dan masuk ke Samudera Hindia. Namun, sebagian dari arus laut bergerak kearah Laut Banda dan keluar menuju Samudera Hindia melewati Selat Wetar. Pola arus lintas Indonesia (ARLINDO), atau"The Indonesian Throughflow” menjadi perhatian ahli-ahli oseanografi dan hidrografi Dunia, mengingat pola arus dan deviasinya, sekaligus dikorelasikan dengan "The lndian Ocean Dipole (IOD)", menjadi indikasi kehadiran variabilitas iklim seperti EI Nino dan La Nina.
POTENSI SUMBERDAYA DI BAWAH DASAR LAUTAN:
Bapak dan Ibu hadirin vang kami hormati,
Indonesia berada diantara dua lempeng tektonik yang terus bergerak, yaitu Lempeng Eurasia yang bergerak kearah Tenggara, rata-rata dengan kecepatan 3-4 cm/tahun, dan Lempeng Indo- Australia, yang bergerak kearah Barat-Laut dengan kecepatan sama. Ditambah lagi, geotektonik di kawasan timur Indonesia dipengaruhi oleh Lempeng Pasifik yang bergerak kearah Barat. Tumbukan tiga lempeng tektonik tadi memicu kehadiran gempabumi, tsunami dan juga gunung-gunung api kuarter aktif, yang dikenal sebagai “the ring of fire".
Namun harus diingat pula bahwa kondisi khas geotektonik Nusantara tadi menyebabkan wilayah ini kaya akan cebakan-cebakan mineral, minyak dan gasbumi, terutama di dasar laut. Gunung-gunung api kuarter berkorelasi dengan endapan endapan mineral hidrotermal yang berpotensi emas, perak, tembaga, seng dan timbal. Sedangkan endapan mineral tembaga porfir (porphyry copper) muncul menghasilkan emas, perak dan tembaga di Ertsberg dan Grassberg, Papua. Didasar laut, mulai ditemukan endapan-endapan hidrotermal berbentuk "cerobong" yang berpotensi menghasilkan emas, perak dan tembaga, seperti di perairan utara Nusa Tenggara Timur dan di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Proses geotektonik juga mewujudkan sistem busur kepulauan (island arc system) sepanjang Sumatera - Jawa - Bali - Nusatenggara - Sulawesi. Irisan penampang sistem busur kepulauan selalu ditempati cekungan busur depan (fore arc basin) yang mengandung sumberdaya migas, jalur gunung api (island arc) dan cekungan busur belakang (back arc basin)yang juga mengandung sumberdaya migas. Oleh sebab itu, jebakan migas Indonesia selalu dijumpai di cekungan pantai timur Sumatera dan Utara Jawa - Bali. Selain itu, tercatat bahwa 40 dari 60 cekungan migas kita ada di lautan. Cadangan terbukti minyak bumi kita saat ini adalah sekitar 7,4 milyar barrel, sedang cadangan terbukti gas alam mencapai 149 Trilyun Kaki Kubik Ekivalen.
Perkembangan terbaru eksplorasi migas memperlihatkan bahwa cadangan migas kita tidak hanya ditemukan pada batuan Tersier yang selama ini dikenal, namun telah ditemukan pula di batuan Pra- Tersier, utamanya pada perioda Jura dan Kapur, di Era Mesozoikum. Ini membuka lembaran baru eksplorasi migas di tanah air. Ahli-ahli geologi kita memprakirakan cadangan migas Indonesia masih 222 milyar barrel dan sebagian besar dijumpai di batuan Pra-Tersier di lautan kawasan Timur Indonesia. Berbagai teknologi baru untuk eksplorasi dan menemukan migas di dasar laut harus kita kuasai, utamanya teknologi perekaman, pengolahan dan interpretasi data seismik multi-kanal tiga-dimensi.
MENUJU BANGSA BAHARI:
Bapak dan Ibu hadirin yang saya hormati,
Sumberdaya alam kita dari laut yang sangat besar tadi harus dimanfaatkan, secara lestari, untuk sebesar-besarnya kesejahteraan Rakyat Indonesia. Kita harus bisa hidup dengan, dari dan bersama laut. Sejarah bangsa ini sejak ribuan tahun yang lampau mencerminkan kehidupan bahari. Salah satu relief candi Borobudur, yang dibangun pada Abad ke-7, memperlihatkan bentuk kapal bercadik sebagai personifikasi kehadiran laut dan pelaut pada masa itu. Kerajaan Majapahit (Abad ke-10) dikenal sebagai kerajaan bahari dan Mahapatih Gajahmada memiliki seorang Panglima Armada Laut yang terkenal bernama Laksamana Nala, begitu pula kerajaan Sriwijaya (Abad ke-12) yang kekuasaannya menembus hingga Cambodia. Pada era Kesultanan Aceh (Abad 16) hadir kekuatan armada laut yang dipimpin Panglima Armada Laut perempuan yaitu Laksamana Malahayati, sedang pada tahun 1521, Pati Unus dari Kesultanan Demak memimpin ekspedisi armada laut, dengan Sandi Ekspedisi Jihad II, ke Malaka guna menggempur armada laut Portugis di sana. Di era Indonesia modern, armada angkatan laut RI pernah menjadi angkatan laut terkuat di belahan Bumi Selatan pada dekade 1960-an, dalam rangka Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat. Kala itu, 12 Kapal Selam ALRI Kelas Wishkey buatan Uni Sovyet memberikan efek gentar yang luar biasa dan berhasil mengusir Kapal Induk AL Belanda, Karel Doorman, keluar dari Hollandia dan Belanda akhirnya menyerahkan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi lewat jalur diplomasi yang dimediasi oleh PBB.
Saat ini, membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa maritim dengan semangat dan budaya bahari harus dilakukan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa iptek, laut hanyalah hamparan air yang berwarna biru. Namun dengan iptek dan inovasi maka melalui wahana laut dapat dibangun sistem transportasi laut modern, dapat dikembangan industri perikanan dengan sistem rantai dingin yang mutakhir, dikembangkan pula industri biofarmakologi laut, dibangun energi baru dan terbarukan dari laut, dikembangkan sistem pertahanan dan keamanan laut mutakhir serta dikembangkan sistem pemantauan laut modern guna mengantisipasi perubahan iklim global.
Indonesia juga tengah mengarah kesana. Pembangunan National Maritime Techno-Park di Penajam, Kabupaten Paser Utara, Provinsi Kaiimantan Timur menjadi salah satu wahana guna mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim Dunia dengan sarana pangkalan modern bagi kapal-kapal riset Indonesia serta pembangunan laboratorium-laboratorium canggih. Pada awal implementasinya,National Maritime Techno-Park di Penajam akan digunakan untuk mendukung pengembangan industri migas lepas pantai di Kalimantan Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Budaya bangsa bahari terus dikembangkan, khususnya bagi generasi muda. Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 berlangsung selama sebulan pada Juni 2015, mengerahkan 88 kapal terdiri kapal perang TNI-AL, kapal rumah sakit dan kapal perintis, menyinggahi 540 pelabuhan di kawasan timur Indonesia dalam rangka uji-coba sistem logistik Nasional dengan menggelar pasar murah, bhakti sosial, bhakti kesehatan dan sekaligus membawa sekitar 3000 pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia guna berlayar menyambangi pulau pulau terdepan NKRI dan memupuk semangat kebhinekaan generasi muda.
Pada peristiwa lainnya, 250 taruna-taruni, terdiri tarutama Akademi Angkatan Laut, taruna Sekolah Tinggi Perikanan, taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran dan taruna Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanaan, pada 30 April 2015 berangkat dari Surabaya menuju Genoa, Italia, menumpang kapal perang TNI-AL jenis Landing Platform Dock(LPD) buatan PT. PAL-Surabaya, KRI Banjarmasin-592 dalam rangka praktek berlayar sekaligus berpartisipasi dalam World Ocean Day 2015 diWorld Expo Milanno 2015, pada 7-10 Juni 2015 lalu. Inilah kesempatan bagi generasi muda bangsa yang terpilih untuk tampil di panggung dunia guna memperkenalkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Kesemuanya itu menunjukan bahwa sumberdaya manusia Indonesia yang handal amat dibutuhkan dalam pembangunan Kemaritiman Indonesia secara keseluruhan baik dimasa kini maupun untuk masa depan. Tidak ketinggalan dan tentu sangatlah diharapkan peran aktif dari Civitas Academica dan alumni Institut Teknologi Bandung.
Layar sudah kita kembangkan niat telah kita teguhkan tiada pilihan lain selain maju kedepan guna menghadapi semua tantangan. Insya Allah dengan ridhlo Tuhan Yang Maha Kuasa, kita pasti bisa dan berhasil.
Terimakasih, Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Prof. Dr.Ir. Indroyono Soesilo MSc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar