Senin, 10 Agustus 2015

PROPOSAL TIGA LOKASI PEMBORAN DI LAUT DALAM, OCEAN DRILLING PROGRAM


http://indonesianmaritimecontinent.blogspot.com/2011/12/proposal-tiga-lokasi-pemboran-di-laut.html

 


SERI BENUA MARITIM INDONESIA DAN MUD VOLCANO




Previous Proposed of ODP Sites
In The Eastern Indonesia Collision Complex: Tectonic Implication

By: 
Hardi Prasetyo
Department Energy and Mineral Resources


Presented at BPPT-JAMSTEC SEMINAR
ON OD21/100P
OCEAN DRILLING IN THE 21st Century Program
Jakarta, May 17th 2001


RINGKASAN EKSEKUTIF

PENULIS BERUNTUNG karena mendapatkan kesempatan untuk  mengenal dan terlibat secara langsung, dengan Program Pemboran Dalam (Ocean Drilling Program)
Merupakan salah satu kegiatan ilmiah internasional, yang pada intinya akan mempelajari sejarah pembentukan bumi, termasuk samudera. 
Salah satu implementasinya adalah dengan melakukan pemboran samudera, dengan sasaran mendapatkan kerak samudera (oceanic crust).
Pada disertasi PhD di University of California Santa Cruz, penulis antara lain telah menggunakan data informasi dan knowledge yang dihasilkan dari Program Riset tersebut.
Guna memperkuat penentuan lokasi (site) dari usulan terhadap 3 (tiga) lokasi pemboran di Cekungan Laut Banda (Banda Sea Basin).
 Masing-masing Cekungan Banda Selatan, Punggungan Lucipara dan Cekungan Banda Utara.
Profesor Eli Silver dari University of California Santa Cruz, selaku Pembimbing Utama Disertasi Phd dari penulis, telah dianugrahi oleh National Science Foundation (NSF)Amerika Serikat dana riset multi year. 
Untuk melakukan 3 lokasi pemboran ODP di Laut Banda, Indonesia. Termasuk tahap pengolahan data. 
Namun program ODP tersebut, walaupun secara ilmiah telah siap dilaksanakan, namun tidak mendapatkan izin dari Pemerintah Indonesia. Saat itu dengan alasan dan pertimbangan keamanan.
Dalam melakukan studi Geologi Kelautan dan Tektonik kawasan Timur Indonesia, penulis telah menggunakan data dan informasi yang sebelumnya telah dihasilkan dari lokasi pemboran Deep Sea Drilling Project (DSDP)khususnya yang berlokasi di Wharton Basin (Samudera Hindia), dan Palung Timor (Timor Trough).
Secara umum pemanfaatan proposal Pemboran Samudera di Laut Banda dimana di dalamnya termasuk  kajian hasil sebelumnya dari beberapa lokasi di sekitar Indonesia telah penulis manfaatkan antara lain untuk: 1) Program Riset dan Phd di University of California, Amerika Serikat; dan 2) Presentasi dan makalah ilmiah yang dikontribusikan pada Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Forum Stratigrafi Indonesia (FOSI).
Presentasi makalah ini merupakan rangkuman dari rangkaian keterlibatan penulis pada usulan Program Pemboran Samudera Dalam (Ocean Drilling Program), yang presentasikan pada forum sosialissi ODP yang dilaksanakan oleh BPPT bekerjasama dengan manajemen ODP Amerika Serikat. Dimana penulis telah ditunjuk sebagai salah satu nara sumber dari pihak Indonesia.
Slide 1: 
Gambar pada Judul Makalah menggambarkan kompleksitas tatanan Geologi dan Tektonik dari Kawasan Cekungan Tepian Laut Banda (Banda Sea Marginal Basin).
Dimana temuan yang spektakular saat itu adalah bahwa Punggungan Banda merupakan keratan kerak benua (continental crust slivers), yang telah berpindahtempat (displaced) dan terperangkap (submerged) pada Cekungan Tepian Banda Selatan (South Banda Sea Marginal Sea).
Pada bagian kanan diperlihatkan lokasi DSDP 261 di Wharton Basin, dimana telah berhasil menembus kerak samudera tertua sekitar 150 juta tahun.
Sebagai baseline pemahaman bahwa Cekungan Laut Banda merupakan pemerangkapan kerak samudera tua (old oceanic crust), yang sebelumnya berasal dari Cekungan Wharton, Samudera Hindia bagian timur.
Slide 2

Tatanan Tektonik dan Sedimentasi di Zona Transisi Kawasan Busur Sunda bagian timur-Busur Banda kompleksitas
Termasuk bukti kerak samudera tua pada bagian Cekungan Samudera Hindia timur, khususnya di lokasi DSDP 261 di Cekungan Wharton, yang ditentukan umumnya 151 juta tahun. 
Kearah busur muka (forearc region) terdapat Pulau Sumba, yang keberadaannya masih menimbulkan misteri, apakah merupakan bagian dari kontinen mikro berasal dari utara (Kerak Eurasia) atau dari selatan (tepian benua Australia).
Slide 3

Kedudukan dari lokasi Sumur DSDP 261 pada sistem Busur Sunda bagian timur, memperlihatkan model dari ‘Geohistory Curve’ dan ‘Decompaction History’.
Dimana secara umum mengikuti model penenggelaman kerak samudera yang ideal yaitu mengikuti pola kurva subsidence versus depth.
Slide 4
Model Tektonik Karate (Karate Tektonic) daerah kawasan Laut Banda dan sekitarnya (Busur Banda), memperlihatkan bahwa secara umum Lempeng Indo Australia bergerak kearah utara-baratlaut dengan kecepatan 4 cm/juta tahun sebagaimana digambarkan oleh adanya 4 orang yang mendorong Lempeng Australia ke utara.
Sedangkan Lempeng Pasifik bergerak kearah barat-baratdaya. 
Sebagai implikasi adalah terjadi oblique collision, dimana mengakibatkan Lempeng Indo-Australia mengalami pengeratan (slivering) oleh Lempeng Samudera Pasifik.
Selanjutnya dipindahkan (displaced) kearah barat, yang pada akhirnya mengalami penenggelaman kembali (submerged)contoh di Laut Banda lainnya mengalami tumbukan dengan Busur Kepulauan (contoh di Sulawesi).
Konsep Tektonik Karate untuk Indonesia Timur telah digunakan penulis sebagai dasar pengembangan konsepsi baik pada disertasi PhD, maupun pada tahap-tahap pemahaman geologi dan tektonik daerah tumbukan di Indonesia Timur. Salah satunya pada Buku Orasi, Pengukuhan Ahli Peneliti Utama (APU).
Slide 5: Physiographic Map of Eastern Indonesia

Fisiografi daerah Indonesia Timur dikelompokkan menjadi bagian dalam (inboard) yatu:
1)    Busur muka Sunda bagian Timur,
2)    Busur Banda di bagian Laut dan Palung Timor,
3)    Samudara Pasifik di utara Papua,
4)    Laut Filipina Barat,
5)    Laut Maluku,
6) Laut Sulawesi; 
Sedangkan di bagian dalam (inboard) adalah:
7)    Cekungan Selat Makassar,
8)    Laut Bali-Lombok,
9)    Laut Flores, dan
10)     Laut Banda.


Slide 6
3 Lokasi Usupan Pemboran Program Pemboran Samudera di Laut Banda (diusulkan Oleh Prof. Eli Silver dan Hardi Prasetyo, University of California Santa Cruz, USA) yaitu: Banda Basin-1 (BB-1) berlokasi di Cekungan Banda Selatan bagian tengah, Banda Basin-2 di Punggungan Lucipara (Lucipara Ridge), dan BB-3 berlokasi di Sula Basin atau Cekungan Banda Utara.

Slide 7
Batimetri di Cekungan Banda dan memperlihatkan lokasi dari 3 usulan pemboran dalam yaitu BB-1 pada dasar Cekungan Banda Selatan dengan kedalaman dasar laut sekitar 5000 m; BB-2 berlokasi pada Cekungan Rift di Punggungan Banda, dengan kedalaman dasar laut sekitar 3000m, dan BB-3 berlokasi di Cekungan Sula. Kedalaman dasar laut sebagai target 3 pemboran tersebut untuk dapat melakukan pemboran dan mendapatkan contoh batuan sediment sekitar tebal 1 kilo meter, sehingga saat itu hanya dapat dimungkingkan dengan menggunakan kehandalan teknologi pemboran samudera dalam dengan Kapal Pemboran yang dioperasikan oleh ODP dengan markas besar di University of Texas A&M.

Slide 8

Kerangka Tektonik dari Indonesia, yang memperlihatkan kompleksitas dan perbedaan mencolok antara Kawasan Barat dikenal dengan Sistem Parit Busur Sunda (Sunda Arc-Trench System), dan Kawasan Timur dikenal sebagai Kawasan Tumbukkan Tektonik yang melibatkan berbagai elemen tektonik (tumbukan tepian benua dengan busur, tumbukan busur-busur, tumbukan kontinen mikro dan busur, dll.).

Slide 9
Khususnya Kawasan Laut Banda mempunyai tatanan Geologi dan Tektonik yang paling unik, karena data-data terhimpun memberikan bukti yang kuat terjadinya multi proses pembentukan yaitu pemerangkapan kerak samudera tua yang berasal dari Samudera Hindia (Wharton Basin) dan proses-proses beruntun pengeratan kerak (continental crust slivering), pemindahan  (displaced continental crust) dan penenggelaman (submerged) pada kedudukan cekungan tepian (marginal basin) yang dialasi oleh kerak samudera tua (old oceanic crust).

Slide 10
Komposit atau Kumulatif Kurva Penenggelaman Tektonik berdasarkan analisis dengan metoda Geohistory dan Back Stripping yang dilakukan pada beberapa mendala tektonik yaitu: (1) Cekungan Samudera, 2) Tepian Benua Australia, 3) Urutan Rift and Drift dari Sistem Tepian Banua Australia  di P Buru dan Misool, dan 4) Kontinen Mikro Sumba.
Model penenggelaman tektonik regioanal tersebut mencerminkan kompleksitas pada kerangka tektonik dan sejarah geologi dari Indonesia Bagian Timur secara keseluruhan.



 Slide 12
Salah satu misteri alami yang berkembang saat ini adalah terjadinya Gunung Api yang berlokasi di Laut Banda dan di busur belakang Banda yang jauh ke utara dari Jalur Gunung Api  (Gunung Api). Dengan penerapan teknologi yang sangat canggih saat itu yaitu Deep Seismic Profiling sampai menembus MOHO, dari Laut Banda ke Tepian Benua Australia, maka akhirnya dapat dikembangkan model pembentukkannya. Yaitu terbentuk oleh adanya Transform Fault (jenis strike slip fault berdimensi regional), dimana Gunung Api muncul dari adanya patahan tersebut (Leaky Transform Fault).

Slide 13
Salah satu lokasi dilakukannya analisis terhadap Kurva Penenggelaman dari  Cekungan Sumba  yang berlokasi antara Pulau Sumba (barat) dan P. Sawu (timur), yang memperlihatkan fenomena diaper Lumpur (mud diaper) terbentuk oleh adanya backtrusting yang melibatkan Punggungan Sumba (Sumba Ridge) merupakan kontinen mikro dan Zona Akrasi Tumbukan Sawu dibatasi oleh Sesar Savu (Sawu Thrust).

Slide 14
Peta digital gaya berat (gravity map) mencakup busur belakang Sunda dan Banda, memperlihatkan variasi pada nilai gaya berat  antara positif warna merah sampai maksimum negatif warna biru.

Slide 15
Sebagai konklusi kartun memperlihatkan bahwa Indonesia Timur dibentuk oleh suatu tumbukan bebrapa lempeng mikro yang berasal dari Lempeng Kontinen Australia, Samudera Pasifik dan Kontinen Eurasia. Kesemuanya dikendalikan oleh mekanisme Tektonik Karate. Rincian peta:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar